JADI Sebenarnya selama ini
diriku menikmati dunia persahabatan imaginasi dengan teman-teman yang mempunyai
khayalan tingkat tinggi yang sama seperti diriku. Tawa dengan gelak sejuta
ekspresi ditumpahkan dalam sebuah tulisan, itulah mereka para penulis mimpi. Namun,
tak lebih menarik persahabatan yang nyata adanya. Satu-persatu ekspresi
ditampilkan secara utuh tanpa ada campur tangan kebohongan mimpi. Merekalah GGA3IPA1-BFF.
Teman-temanku yang mempunyai sifat jauh berbeda satu sama lain, tapi mempunyai
hati yang sama. Tak ada goresan kebencian di hati mereka, yang ada hanya kasih
sayang saudara dunia impian yang kami lukis sendiri dengan kuas canda dan
warna-warni pelukan manja kesederhanaan cinta.
Untaian belaian hari nan fitri
kami sambut dengan riang. Tepat di hari Kamis, 1 September 2011 kami
menghabiskan setiap detik dengan canda. Awalnya sih malas minta ampun rasanya
beranjak dari pulau kapukku tercinta. Rasa kantuk bercampur pikiran yang
melayang-layang memikirkan pekerjaan yang menanti. Kiriman paket dari negeri
Singa Muntah bakal sampai dan itu artinya pekerjaanku pun akan segera menumpuk.
Namun, aku berpikir ulang, toh pekerjaan sebagai kuli tinta ini belum
menghasilkan apa-apa, lebih baik aku santai dulu sejenak untuk menyegarkan
pikiran dan mencari motivasi. Tangan yang tadi bermalas-malasan memeluk boneka
dolphin kesayanganku kini meraih bentangan handuk. Segera kubersiap-siap mandi
dan berdandan apa adanya agar bisa cepat-cepat pergi.
Bolak-balik melihat jam, tapi entah
mengapa para pion kunci (David, Novri dkk) belum juga datang menjemputku. BT
juga sih menunggu lama sekali jadi kuputuskan untuk SMS mereka saja dan rupanya
mereka hendak membuatku menunggu lebih lama lagi karena takut Nyonya David
menunggu lama. Haisss ini pasti karena ada apa-apanya neh di rumah Dedek Mia,
kelamaan di sana jadi lupa untuk menjemputku dan Novi. Namun, dengan ekspresi ngambek
akhirnya mereka banting stir balik
menuju rumahku. Nah ini yang seharusnya bukannya bolak-balik, tapi belumlah
pantat nempel di kursi mereka sudah hendak beranjak lagi....kwkwkkw dak deng,
maksudnya karena sangat sebentarnya mereka di rumahku.
“Payo oi kito berangkat, Novi
lah nunggu!” dengan logat Palembang yang kental si David mengajak kami cepat
beranjak.
Seperti kebiasaan lama
teman-temanku ini sebelum beranjak pasti berpamitan dengan ortuku. Inilah yang
aku suka dari mereka, walau urak-urakkan tapi tetap santun. Satu alasan inilah
ortuku mengizinkan aku berteman dengan mereka, poin plus untuk mereka. Jadi... kwkkwkw
Beranjak dari rumahku langsung
menuju ke rumah Novi. Novi ini sebenarnya bukan anggota GGA, tapi dia teman
bonus dari David alias pujaan hati David. Inilah uniknya GGA jika ada teman
yang mempunyai pasangan pasti dirangkul untuk menjadi bagian, ibarat tubuh maka
Novi adalah perhiasan yang mempercantik tubuh. Jika perhiasan ini mudah
beradaptasi maka cocoklah perhiasan itu menempel di badan, tapi jika perhiasan
ini menolak alias tak ingin menyatu, hanya sibuk dengan dunia soliter bersama
pasangan maka canggunglah badan, hingga berujung rasa tak nyaman dan timbullah
raport merah untuk yang membawa sang kekasih.
Saat sampai di rumah Novi
seperti biasanya si Cocop Novri membuat gaduh, niatnya sebentar saja, tapi
karena kue dan air sudah di tuang maka rencana melenceng.
“Cacam alangkeh peletnyo,
kecik nian minuman ini!” gumam Novri karena cangkir air mineral yang mini.
“Hihi, biasanyakan nggak habis
makanya beli yang mini aja.” Jawab Novi dengan tawa agak sedikit malu.
Sebenarnya nggak perlu dijawab
apa yang Novri bilang, toh nggak penting tuh, hihi...
Beralih dari rumah Novi
langsung tancap gas ke rumah Vivin, sesampai di sana sudah di hadapkan dengan
wajah Devi yang sangar dan amarah Fenny. David sudah ketakutan melihat
ekspresinya, tapi untunglah Devi dan Fenny tidak begitu marah. Sesampai di
rumah Vivin di sambut dengan jus semangka yang maknyus dan duren alamak dari
Sekayu... hihi wong kitek galek...
Nah kita beranjak ke rumah
Juni (Nyonya Rengga). Cukup seh tawa di sini , tapi tak begitu renyah. Hal ini
mungkin dikarenakan sikap Juni yang masih malu-malu. Kebetulan juga ada Safran,
Hendi, dan Ayu di sana. Hmmm sedikit ada kecewa juga karena niatnya mau jemput
Juni, tapi karena ada tiga teman alumni MTs, so membuat Juni tidak ikut dengan
kita. Padahal kita berharap sekali Juni ikut bergabung dengan kami. Tapi insyaallah
besok-besok ikut yah.... setelah dari rumah Juni ke rumah Pak Amin, tapi
sayangnya Pak Amin tak di rumah, Mancing kali...hihi...
Aneh tapi ya itulah adanya GGA
selalu saja membuat suasana jadi hangat, sampai-sampai kipas angin di rumah
Rita tak terasa dinginnya. Hihi... nah-nah di rumah Rita ini pecah sudah kompor
meleduk. Dengan pembawaan Rita yang ngocol abis menambah panas suasana, hihi...
pertengkaran mulut di antara Fenny dan Rita membludak saja. Nahmbah lagi yang
nggak nyangka itu si Islamail, lugu-lugu makan dalam juga.
“Kalau dilihat-lihat Mia neh
mirip Nia Rhamadani!” kata Ismail.
Gelak tawa penuh menggoda
mengiringi perkataan Ismail. Mia terlihat tersipu-sipu mendengearnya dan Fenny
mulai menggoda Mia. Diriku pun cukup dibuatnya terkejut. Mifta dan suhardi yang
nampak diam ikut tertawa mendengarnya. Semua gurauan terpancing atas satu
kalimat tersebut.
Tawa baru dimulai ini baru
permulaan, guliran waktu sangat terasa cepat berlalu. Satu-persatu keceriaan
deetik membidik hati yang sempat sepi. Wah yang tak kalah lucunya adalah
kejadian di rumah Novri. Fenny disambut nenek Novri dengan hangat, ciuman sang
nenek pun melayang begitu saja di pipinya. Aku dan teman-teman tak berhenti
tertawa, rasanya kenyang dengan tawa. “Cucu nenek” itu julukan untuk Novri,
tapi kini julukannya dilayangkan untuk Fenny. Yah semua mengalir begitu saja.
Fenny yang seketika menjadi pusat perhatian pun menghadapi gelak tawa
teman-teman dengan santai. Begitulah dirinya, tak pernah terlalu ambil hati
dengan gurauan yang membanjirinya.
Setelah dari rumah Novri kita
lanjut ke rumah David. Di jalan mobil Mas Didi sempat nyenggol, tp untung tak
apa-apa. Wah di rumah David ini pasti selalu tersedia masakan mamanya yang
enak. Model telah menunggu untuk di santap. Perut kenyang eh tawa juga kenyang,
rasanya rahang ini sudah letih untuk tertawa. Namun sayangnya, entah ada apa
Vivin tiba-tiba memutuskan untuk pulang. Semoga saja semuanya baik-baik saja. Sepulangnya
Vivin, Mas Didi berubah jadi aneh deh, hmmm mungkin karena bidadarinya lagi
dalam masalah kali yah. Nah sempat lupa ada pion aneh satu lagi yang datang,
dialah Kasoma. Laki-laki berkulit putih yang lugu tp tak selugu
sifatnya...cacam...hihi si biang kerok juga neh...
Nah-nah selanjutnya ini neh
yang di tunggu-tunggu moments pergi
nonton dan lagi-lagi si boss Rengga yang traktir... pusing juga seh seharian
dengerin ceramah Rengga. Dia ngobrolin masalah nikah mulu seh... dari rumah
Devi berdebat masalah mahar, uang untuk sedekah dan di tambah-tambahin Fenny
pula.
“Lah men dikasih sejuta kito
gelar tiker be, nah kalau limo puluh gedung!” kwkwkkw parah...
Jika diingat-ingat semuanya
tampak menggelitik hati. Setelah dari rumah Devi tancap gas ke rumahku untuk
pamit ke mama papa, dengan sigap dan tampil PD Rengga berbicara dengan ortuku.
Papa pun memberikan izin dan aku mulai merasakan lega untuk menikmati waktu
dengan teman-teman.
Sesampai di bioskop rasa
kantukku kembali datang, “Huaaaaaah ingin rasanya terbaring di sova bioskop”
kataku dalam hati, berujar sepertinya waktu tidur memang telah datang. Teman-teman
pun terlihat telah kehabisan energi karena tertawa seharian.
Saat di bioskop filmnya pun
ternyata sedikit menyayat hatiku, “Di Bawah Lindungan Ka’bah” begitulah judul
film itu. Kalimat yang sampai sekarang aku kutip di hati adalah “Sesungguhnya
jika mereka tidak merestui kita, maka Allah lah yang akan selalu merestui kita.
Dan sesungguhnya kita tidak pernah sendiri. Ada Allah yang selalu ada untuk
kita.” Subhanallah, aku sempat melupakan itu. Selama ini jika aku merasa
sendiri maka akan kupalingkan hatiku ke musik dan tulisan, teryata
mencondongkan hati selalu ke Rob itu lebih damai. Lagi pula dalam setiap tawa
pasti ada tangis, begitu juga waktu pasti ada sela untuk berdetak dan
berganti.
Waktu begitu cepat berlalu,
rasa rindu dengan teman-teman masih tak juga tuntas. Namun, waktu tak dapat
berhenti walau sedetik hingga kami harus kembali ke rumah dengan tawa yang
masih tersisa di hati yang selalu disisipkan untuk GGA tercinta. Semak hati
yang penuh ditumbuhi rerumputan kini telah berganti dengan wewangian bunga
persahabatan yang takkan perlah layu, Jadi... haha aku sampai sempat melupakan
kata khas Rengga... dan datu lagi ngereyam, kanji, gatal...dari Rita.
Ok Dah... See u next times
guys...dengan cerita lebih seru lagi tentunya... pengennya seh maen air di Water
Boom hehehe seru tuh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar